Jalan Tamblong dan sekitarnya merupakan kawasan yang bagus untuk usaha. Siang hari jalan ini padat, sementara malam hari lengang. Disamping itu, jalan ini juga sangat terkenal. Demikian Perry Tristianto dalam talk show Gebyar Marketing PRFM, Rabu (4/2) yang mendatangkan nara sumber Abu Marlo, pemilik MARLO | eat & share, sebuah café yang memang terletak di jalan Tamblong, Bandung.
“Jadi place-nya sudah tepat. Siang hari karena macet orang banyak yang tahu keberadaannya. Sementara malam hari karena lengang, tidak macet, orang tidak malas untuk datang. Lalu kelebihan lain, café ini tidak berada di mall, ini jelas kelebihan. Karena orang yang mau datang kesini tak harus berpakaian seperti jika pergi ke mall. Sehingga resto ini bisa saja dianggap rumah sendiri oleh pengunjung,” jelas Perry Tristianto.
Lalu dari sisi Price, sebagaimana diakui oleh sang pemilik, harga sangat terjangkau, dan menurut Perry adalah hal tepat. “Jangan terlalu murah, nanti orang curiga terhadap masakan yang ditawarkan, dan diremehkan. Juga jangan mahal. Apalagi kalau dilihat produknya di web sangat menarik,” jelas Perry lebih lanjut.
Apa yang dikatakan oleh Perry Tristianto tidak berlebihan. Dalam testimony sebuah blog, pemiliknya mengatakan, sangat puas dengan sajian MARLO I Eat and share. Bahkan menurut pengakuan sang penulis ia harus booking jauh hari ketika hendak berbuka puasa di tempat ini tahun lalu. Padal saat itu café ini baru buka.
“Kami sebenarnya membidik target market mahasiswa, ternyata yang banyak datang family,” jelas Abu Marlo.
Abu Marlo sendiri sebenarnya dulunya dikenal sebagai salah satu finalis program pencarian bakat magician dengan host Deddy Corbuzier. Meski Abu sampai kini masih menekuni karier sebagai magician, ia meluaskan kariernya dengan berbisnis café.
Latar belakang magician ini menurut Perry bisa dijadikan gimmick di cafenya, misalnya dengan mengajari pagawainya dengan sulapan-sulapan ringan, sehingga pengunjung yang membawa anak-anak menjadi tertarik. “Jangan sulapan yang berat, yang ringan saja,” tutur Perry.
Café-nya ini berspiritkan charity, sebagian karyawannya direkrut dari kalangan gelandangan. “Ada sekitar 40 sampai 60 keluarga gelandangan di Sukajadi dan Bandung umumnya yang kami rekrut. Mereka kami berikan berbagai pelatihan agar bisa bekerja sehingga tidak lagi mencari uang dari hasil meminta-minta.Kita latih, baik ketarmpilan atau skill maupun mental agar bisa mengubah budaya meminta mereka menjadi bekerja,” ujar Abu Marlo.
Sehubungan dengan ini, Perry menegaskan agar semangat charity ini tidak terlalu dipublikasi, apalagi gelandangan yang direkrut, bisa berdampak kepada pelanggan, meski mereka sudah diubah berkat latihan. “Biarkan charity itu menjadi rahasia internal,” tegas Perry.
Menu café ini mulai dari western sampai yang tradisional. Demikian juga minumannya. “Kami juga menyediakan menu Seblak Tenderloin. Menu trasional yang dimix dengan menu internasional, ternyata banyak yang menyukainya,” tegas Abu.
Abu Marlo juga penulis buku ‘Entrepreneurship Hukum Langit Sedekah Bukan Keajaiban’ yang isinya memadukan bisnis dan charity. Abu juga seorang blogger. Ia pernah study di Universitas Parahyangan mengambil jurusan Manajemen, dan melanjutkan mengambil gelar master di Business School MBA ITB. Nama aslinya, Riza Abusofyan. Bersama sang istri Donna Turner melayari bisnisnya.
Mau tahu lebih dalam tentang MARLO I eat and share, kunjungi www.marloeatandshare.com
Leave A Comment