Sebuah hobi kalau ditekuni dengan serius dan jelas mengarahkannya menjadi lahan bisnis akan melahirkan kesuksesan. Namun hal itu tak cukup dengan modal hobi semata-mata, tapi juga harus didukung oleh faktor lain, misalnya, pendidikan. Demikian Perry Tristianto dalam acara Gebyar Markleting PRFM, Rabu (26/12), yang menghadirkan nara sumber Gita Noviandi, owner Gita Stamps Inc, yang bergerak dibidang bisnis filateli.
Perry Tristianto yang malam itu tak ditemani oleh pakar pemasaran Popy Rufaidah karena berhalangan, mengatakan, “Hobi Anda bisa berkembang seperti sekarang ini bukan hanya semata-mata senang atau hobi mengumpulkan perangko, tapi juga diperkuat oleh latarbelakang pendidikan Anda yang pernah Anda kecap di perguruan tinggi di bidang komputer.”
Dalam wawancara itu Gita memang mengaku, kalau dirinya setelah menyelesaikan kuliah di komputer, sama sekali tak pernah bekerja di manapun, kecuali menekuni bisnis filateli. Namun Gita mengaku, sewaktu kuliah itu yang paling bisa dimanfaatkan sekarang adalah mata kuliah marketing. “Ya, mata kuliah marketing itu yang sampai sekarang sangat membantu saya memaksimalkan bisnis ini,” jelas Gita.
Dunia bisnis filateli sekarang ini justru makin merebak disaat tradisi surat-menyurat mulai ditinggalkan. Hanya saja, sekarang perangko yang dicari yang masih baru dan belum dipakai. Sementara dulu adalah perangko yang sudah dipakai, dilem dan dari sana ada historisnya, dan itu membuat selembar perangko makin mahal.
Sejak usianya 10 tahun Gita hobi mengumpulkan benda-benda filateli. Namun waktu itu hanya tertarik dengan gambarnya saja. Pada awalnya dapat gratisan dengan menyurati seluruh kantor pos di seluruh dunia. Juga menghubungi bagian ‘philatelic division’, dan ada respon, lalu minta sample gratisan benda filateli dari negara tersebut. Kemudian berkembang menjadi kolektor benda-benda filateli dari seluruh dunia.
Pada tahun 1995 di Indonesia diadakan Pameran Filateli se Asia Pasifik di Jakarta. Saat itu Gita sebagai panitia. Pameran selama 7 hari yang digelar PT. Pos Indonesia itu mengeluarkan benda filateli yang namanya Souvenir Sheet. Setelah pameran itu berdirilah Gita Stamps Inc. “Saat itu bisnis saya dimulai dari door to door,” kenang Gita.
Pasar Gita Stamps Inc. sekarang umumnya di luar negeri, penjualannya melalui mail order, lelang tertulis, online auction, web shop dan mengikuti bursa serta lelang didalam dan luar negeri.
Namun dalam perkembangannya Gita Stamps tidak hanya menjual benda filateli tetapi merambah ke numismatic (barang berupa mata uang logam yang apabila tidak ada dalam pasaran nilainya akan melonjak naik). Serta menjual dokumen-dokumen kuno, termasuk merchendis.
Indonesia memiliki perangko yang menarik. Salah satu perangko unik Indonesia yang diperebutkan adalah adalah yang berthema Naga Air yang diterbitkan saat memasuki tahun baru Imlek. Perangko itu dalam waktu singkat habis dan kini sulit untuk mendapatkan perangko tersebut di Indonesia, karena dimiliki kolektor perangko dunia.
Ada juga perangko Indonesia yang unik, yang dicetak di atas batik Garut dan kain tenun serta perangko bermotif ‘Gunungan’ yang dicetak di atas kulit saat ini sudah sulit didapat.
Perangko berbahan dasar batik dan kulit yang diluncurkan PT Pos Indonesia mendapatkan penghargaan world record yang diserahkan pada Pameran Filateri Kreatif yang digelar di Gedung Filateli Jakarta beberapa waktu lalu.
Saat pameran di Balai Sidang Jakarta (JCC) tanggal 18-24 Juni 2012 juga memamerkan perangko kuno Hindia Belanda bernilai Rp20 miliar terbitan tahun 1864 yang memiliki cap pos Ngawi Jatim. Namun kini perangko itu juga dimiliki orang asing di luar negeri .
Leave A Comment