Meski Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung merupakan RS milik pemerintah, namun RS mata ini melakukan layanan yang tak kalah dengan RS swasta. Image RS pemerintah yang melayani dengan asal-asalan, karena banyak menerima pasien dengan kartu jaminan sosial telah ditinggalkan. Bahkan dalam salah satu misinya sekarang RS Mata Cicendo ‘mencegah’ orang kaya Indonesia yang berobat ke luar negeri. Karena RS Mata Cicendo merupakan RS mata besar yang tidak ada di Singapura, Malaysia atau negara Asia Tenggara lainnya.
Demikian dr. Hikmat Wangsa Atmadja, Sp.M,. M.Kes, MM, Dirut RS Mata Cicendo dalam talk show Gebyar Marketing PR FM, Rabu (14/11). “Berapa coba kerugian uang yang lari ke luar begeri jika ada orang Indonesia yang berobat ke luar negeri? Besar sekali. Oleh karena itu, dalam salah satu misi kami sekarang adalah menahan orang Indonesioa berobat ke luar negeri. Padahal RS Cincendo begitu lengkap peralatannya. Dan layanannya sangat profesional,” jelas dr. Hikmat.
Menurut Perry Tristianto dan Popy Rufaidah sebagai host acara tersebut, apa yang dilakukan oleh RS Cicendo itu bagus, namun perlu adanya marketing yang lebih maksimal untuk bisa mencapai hal tersebut. “Tak hanya mencegah orang kita berobat mata ke luar negeri. Tapi untuk kalangan orang yang lokal yang hendak berobat mata, perlu diberikan informasi tentang adanya RS mata ini. Sehingga kesadaran memeriksakan mata menjadi lebih tinggi,” tutur Perry.
Ditambahkan oleh dr. Wangsa, RS Mata Cicendo disamping merupakan RS tempat berobat, juga merupakan RS yang lengkap. Karena disamping sebagai fungsi rumah sakit untuk berobat, RS Cicendo juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian. Sebagai tempat pendidikan karena di RS Cicendo banyak dokter mata yang melakukan penelitian. Sementara sebagai RS pendidikan, kenyataannya banyak dokter mata dari luar negeri yang menimba ilmu di RS Cicendo. “Belum lama ini ada dokter mata dari Kuwait belajar di RS Cicendo,” tutr dr. Wangsa.
Lebih lanjut dr. Wangsa setuju apabila kampanye terhadap kesehatan mata di Indonesia semakin digalakkan, seperti misalnya kampanye KB. Dokter Wangsa menunjuk perlunya peran pemerintah secara aktif untuk membantu mengampanyekan kesehatan mata. “Saya rasa kalau Presiden yang memulai, sebagaimana kampanye KB maka menteri akan ikut dan disambut sampai pejabat paling bawah. Perlu diketahui, sekarang ini ada sekitar 3 juta orang Indonesia yang buta,” jelas dr. Wangsa.
Perry sendiri secara berkelakar menyebut, dirinya sering cek up darah, namun seumur hidup ia belum pernah cek up mata. “Padahal manusia seharusnya sadar, kalau mata sangat penting, sama dengan pentingnya darah. Tapi terus terang, saya belum pernah periksa mata, kecuali ketika mau buat kaca mata,” kata Perry sambil tertawa.
Hal ini diakui oleh dr. Wangsa, menurutnya orang hanya memeriksakan mata ketika mau memakai kaca mata, tapi ke optik, bukan ke rumah sakit. Padahal ada baiknya ke rumah sakit, sehingga secara menyeluruh akan dapat diketahui gejala kelainan mata. “Mungkin tak hanya minus atau plus, tapi ada gejala katarak,” jelas dr. Wangsa.
RS Mata Cicendo merupakan RS mata terbaik. Yang dikenal selama ini adalah tempat operasi lasic terbaik. Bahkan sekarang ada peralatan terbaru dan tercanggih, yaitu vilasic. “Orang banyak yang tak tahu ada beberapa mata yang mengalamai kebutaan bisa disembuhkan. Kami pernah terharu melihat pasien yang matanya dioperasi dan bisa melihat kembali, sehingga bisa melihat anak dan cucunya yang selama ini hanya didengar suaranya. Itu bukti ada mata buta yang bisa disembuhkan. Informasi ini yang sekarang coba kami galakkan,” tutur dr. Wangsa.
Sebagaimana diketahui, RS Mata Cicendo merupakan satu-satunya rumah sakit mata milik pemerintah republik Indonesia yang berada dibawah Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diresmikan oleh Gubernur Jenderal J.B. Van Heutsz pada tanggal 3 Januari 1909. Pada awalnya bernama koningen Wilhelmina Gasthuis voor Ooglijders dengan direktur pertamanya dr. CHA Westhoff.
Sempat menjadi Rumah Sakit Umum pada jaman pendudukan Jepang tahun 1942-1945, menggantikan posisi Rumah Sakit Rancabadak yang menjadi Rumah Sakit Militer. Kemudian berganti nama sesuai dengan nama jalan dimana rumah sakit ini berapa menjadi Rumah Sakit Mata Tjitjendo pada tahun 1980, hingga sekarang ini.
Leave A Comment