Bisnis kripik jamur dan semacamnya yang dibuat makanan ringan sebenarnya bisa lebih dimaksimalkan lagi keuntungannya, dengan cara promo yang lebih menegaskan lagi apa itu makanan jamur? Disamping itu bisnis jamur yang belum begitu dikenal harus ada kejelasan sikap dari produsennya, mau meraup uang sebanyak-banyaknya dulu, apa menaikkan brand dulu? Demikian pernyataan Perry Tristianto dalam talk show Gebyar Marketing PRFM, Rabu (5/12) yang menghadirkan tamu atau nara sumber Rina Kania Dewi, owner dari Alifa Mushroom Chips.
Menurut Perry, kalau tujuannnya untuk menarik keuntungan sebesar-besarnya, maka harus mau joint dengan perusahaan makanan besar yang sudah punya nama, dan produk jamur itu dikemas dengan merek perusahaan makanan tersebut. “Misalnya kerja sama dengan Rumah Sosis atau Kartika Sari, kemasannya atas nama mereka. Itu kalau mau cari untung sebanyak-banyaknya,” jelas Perry.
Perry menambahkan, kerja sama lain yang baik adalah, dengan memilah-milah jenis varian produknya. Misalnya, jenis serundeng jamur didistribusikan ke warung – warung yang menyediakan makanan Sunda. Sementara jenis produk kripik dispulai ke toko-toko kue.
Sementara kalau mau menaikkan brand, memang harus mandiri tapi membutuhkan waktu dan keuntungan tidak cepat datang dibanding jika joint dengan perusahaan yang telah memiliki nama besar.
Hal ini dibenarkan oleh Rina Kania, menurutnya, usaha kerasnya manaikkan brand memang berjalan alot. “Sekarang saya mencari untung saja sebanyak-banyaknya. Boleh juga itu ide Pak Perry,” jelas Rina.
Sementara Popy Rufaidah sebagai pakar pemasaran mengatakan, pengembangan jaringan yang lebih luas lagi sangat penting dalam berbisnis makanan jamur ini. Misalnya, melihat peluang di kantor-kantor yang apabila menggelar rapat biasanya membutuhkan makanan camilan. Atau mempersiapkan kemasan yang lebih pas untuk menyambut lebaran atau Hari Raya Iedul Fitri. “Makanan seperti ini kan dibutuhkan saat lebaran. Coba kantor-kantor di loby, itu pasar besar,” jelas Popy.
Rina Kania Dewi, SE pencetus inovasi yang menggunakan jamur menjadi aneka olahan camilan ringan, seperti kue stick, brownies, kue-kue kering, nugget, kerupuk mentah, abon, serundeng dengan banyak variasi rasa. Camilan jamurnya, selain rasa original ada rasa keju, barbeque, sapi panggang dan balado pedas. Ada juga yang dibuat minuman serupa bandrek dan sate jamur.
Produk jamurnya diberi merk Alifa yang diambil dari nama anaknya. Kini produknya ada di Plaza Senayan, Grand Indonesia, Sentral Park, Galeri UKM Jakarta, Alam Sutera Tangerang dan supermarket Carefour. Selain itu juga masuk ke Batam, Riau, Aceh, Bali dan Lombok. Omzetnya sudah mencapai Rp 30 jutaan per bulan.
“Banyak masyarakat yang takut makan jamur. Perlu diketahui, jamur yang kami buat aman dikonsumsi, karena hasil dari budidaya. Yang perlu diketahui juga, jamur mempunyai nilai gizi tinggi, terutama kandungan proteinnya sekitar 15%—20% (bobot kering). Daya cernanya pun tinggi, 34%—89%. Karena itu harganya mahal,” tutur Rina
Leave A Comment