Pemilik label Eview Bag & Fashion, Deden Robby Firman Abadi mengatakan, dalam memasarkan produknya, ia mencari pembeli yang mau membayar relatif cepat. Sehingga tak perlu lagi membutuhkan tambahan modal, karena uang yang ditarik tak terlalu lama dari pembeli dan membuatnya mudah memutar uang tersebut sebagai modal.

Demikian Deden mengungkapkan rahasianya dalam memasarkan produknya, sehingga Eview Bag & Fashion berkembang dan eksis sampai sekarang. Hal itu diutarakan dalam Gebyar Marketing PRFM, Rabu (21/11) yang seperti biasanya juga dihadiri host tetapnya, ‘Raja Factory Outlet’ Perry Tristianto dan pakar pemasaran Popy Rufaidah.

“Kalau saya mendistribusikan produk saya dan baru dibayar empat bulan kemudian memang berat, karena uang penjualan itu diputar kembali sebagai modal untuk memproduksi kembali karya-karyanya,” tutur Deden.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Deden, untuk mencari rekanan yang mau membayar cepat memang tidak bisa begitu saja menyerahkan produk yang sudah jadi. Namun harus menerima order dari mereka sesuai model yang mereka diinginkan. “Kalau kita datang membawa barang yang sudah jadi, mereka memang mau menerima, namun dengan pembayaran empat bulan kemudian. Tapi kalau mereka diskusi dengan kita, dan kita merealisasi model yang mereka inginkan, pasti pembayaran cepat, bahkan kita diberikan uang muka. Karena produknya eksklusif,” jelas Deden.

Tak hanya itu usaha Deden dalam mencari peluang baru. Ia juga rajin mendekati perusahaan-perusahaan besar yang biasa memberikan bonus produknya dengan barang-barang yang biasa Deden produksi, misalnya, tas kecil, dompet, sarung HP atau dompet koin. “Kalau ke minimarket saya sering melihat berbagai produk, yang disisipi bonus sebagai gimmick, barangnya bisa dompet, tas kecil. Lalu saya mencoba mencari tahu alamat-alamat perusahaan itu dan menawarkan untuk membuat barang-barang bonus itu, ternyata mereka berkenan. Dengan pola pemesanan seperti itu, produsen terhindar dari pembayaran mundur jangka panjang,” jelas Deden.

Menurut Perry dan Popy, apa yang dilakukan oleh Deden itu merupakan cara smart agar bisa memutar modal sesingkat mungkin. “Banyak perodusen yang mati karena sistem pembayaran yang terlalu lama. Bahkan ada yang berani menitipkan produk dengan jumlah besar, namun akhirnya tak laku. Kalau sudah tak laku, mau apa lagi? Ya, dikembalikan, tak ada peraturan yang malarang atau mewajibkan membayar barang yang tak laku,” jelas Perry.

Eview Bag & Fashion merupakan produk yang membuat tas santai, dompet handphone, dompet kosmetik, atau dompet koin. Deden bersama istrinya Evie yang dulunya rekanan usahanya kini bahu membahu membangun usaha tas itu. Nama Eview sendiri diambil dari nama istrinya. Tercatat sekarang 350 karyawan yang dimilikinya.

Produknya membidik wanita muda kalangan menengah ke atas. Ia banyak bermain diwarna-warni. “Banyak permintaan untuk memproduksi tas dalam lima warna dengan bentuk yang sama, ternyata setelah kami buat, memang laku. Wanita suka memadukan warna tasnya dengan warna bajunya,” jelas Deden.