HR. Subchan Daragana, owner dari PT. Angga Sarana Media Advertising yang bergerak dalam bisnis jasa periklanan mengatakan, semua perusahaan jasa sangat membina kedekatan dengan klien yang sudah lama berbisnis bersama. Namun dalam bisnis jasa pelayanan periklanan, faktor pendekatan atau kepercayaan lebih penting lagi. Demikian Angga, hari Rabu, (28/11) bertindak sebagai nara sumber dalam Talk Show Gebyar Marketing PRFM, bersama host tetapnya, Perry Tristianto dan Popy Rufaidah.
Selanjutnya Angga mengatakan, rata-rata klien-nya sudah begitu sangat percaya, sehingga apa yang ditawarkan pihaknya hampir selalu diiyakan oleh kliennya. “Itu yang sangat kami jaga, karena sudah sangat percaya kepada kami, terutama ketika kami menawarkan lokasi pemasangan iklan yang menurut kami tak begitu ramai, tapi mereka mau memasang, itu karena kepercayaan,” jelas Angga.
Menanggapi hal ini, Popy mengatakan, tujuan utama iklan memang tidak semata-mata bertujuan agar orang membeli. Tapi juga bisa sebagai pengingat bahwa perusahan atau produk tersebut supaya tidak dilupakan orang. “Mungkin perusahaan tersebut sudah cukup dikenal produknya. Sehingga mau memasang di tempat yang tak begitu ramai yang ditawarkan, karena tujuannya untuk mengingatkan saja,” jelas Popy.
Angga mendirikan PT PT. Angga Sarana Media Advertising tahun 1996. Saat itu perusahaan sejenis di Bandung belum begitu banyak. Di Bandung, salah satunya memasang iklan Indosat 001 di perempatan Pasteur. Namun kini usahanya sudah melebar ke Jawa Barat dan memiliki sekitar 40 titik.
Menanggapi perkembangan jasa periklanan yang semakin pesat seperti sekarang ini, Perry menyebut ide rumah-rumah yang dicat menjadi iklan produk-produk tertentu, terutama provider sebagai ide yang brilian. “Saya dulu terbesit ide seperti itu, tapi kemudian orang yang melaksanakannya. Meski iklan di rumah-rumah itu tetap kena pajak, tapi lebih efisien untuk bujet pembuatan papan dan lokasi, karena lokasinya dipilih yang banyak dilihat orang, misalnya, iklan-iklan di rumah di sisi sisi jalan tol Cipularang,” tandas Perry.
Berbicara soal marketing dalam Gebyar Marketing, Popy Rufaidah memberi contoh, bahwa orang Amerika begitu jagonya dalam bermarketing. “Di Amerika, industri manufaktur sudah tak ada. Salah satu contohnya, Nike, tak ada disana. Namun mereka jago-jago marketing. Jadi faktor marketing memang nomor satu. Dan mereka sangat mendengarkan pasar,” tutur Popy.
Leave A Comment