Jam yang tangan yang terbuat dari kayu pasarnya sangat kecil. Untuk memperluas pasar harus pintar-pintar menggandeng pihak-pihak yang berhubungan dengan spirit pembuatan jam tangan kayu tersebut. Misalnya, mengajak kerjasama dengan penjual perlengkapan alat-alat gunung, atau cara-cara lain, misalnya dengan pecinta lingkungan, agar pasarnya semakin luas.
Demikian dikatakan oleh Perry Tristianto, dalam Talk Show Gebyar Marketing PRFM, Rabu (16/3), yang malam itu mendatangkan dua nara sumber tamu, Athira Azalika Ayu dan Trianita Adhi Handayani, owner dari merek jam tangan kayu Woodka. Jam keren ini dibuat sejak September 2013 oleh 11 mahasiswa Bandung. Athira dan Azalika adalah bagian dari 11 pemilik lainnya.
Jam tangan Woodka ini tidak menggunakan material yang biasa dipakai jam tangan pada umumnya, seperti stainless steel, karet, kulit, titanium atau bahan lain, tapi menggunakan dari bahan kayu pilihan.
Menurut Athira dan Trianita, mereka memilih kayu karena melihat banyaknya limbah kayu yang tidak terpakai dan sia-sia. Antara lain, kayu pinus dan sonokeling, yang dikenal sebagai kayu bagus dan berkualitas, cocok untuk bahan pembuatan jam tangan.
Lalu bagaimana dengan urusan jamnya itu sendiri? Apa juga dibuat sendiri? Sekelompok anak muda kreatif itu mengaku hanya fokus di desain, bentuk, dan promosinya. “Untuk urusan teknis, kami tentu saja melibatkan ahli jam. Mereka ahlinya,” ujar keduanya.
Perry memberikan masukan, seyogyanya merek jamnya dimasukkan dalam produk, tentu seizin pemilik brand, atau dalam bentuk kerjasama. “Dengan adanya merek jam terkenal akan menjadi nilai plus bagi orang yang hendak memilikinya, misalnya Seiko,” tutur Perry.
Lebih lanjut Perry menambahkan, kalau bisa juga membuat jam beker atau jam dinding, sehingga marketnya lebih besar. “Beker itu unik, lho, dizaman sekarang. Beker akan menjadi daya tarik tersendiri. Karena kalau dilihat harga jam tangan ini mencapai Rp. 700 ribu, itu mahal, lho. Kalau yang dibidik marketnya adalah anak muda atau mahasiswa, itu cukup mahal. Jadi harus pintar-pintar memperluas market dan kreatif dalam membuat produk alternatif, misalnya, itu tadi membuat beker dan jam dinding,” jelas Perry.
Jam kayu Woodka memang unik, bahkan dari sejarah terlahirnya jam ini. Sekelompok penggagasnya mulanya adalah kelompok dalam tugas kuliah di jurusan Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB). Lalu mereka memikirkan membuat sesuatu yang baru dan unik untuk berkreasi, lalu muncullah ide membuat jam tangan kayu. “Karena itu dalam kelompok kami tidak ada yang mengklaim pemilik ide, sebab kami mikirnya secara bersama-sama, ” kata Athira dan Trianita.
Menurut keduanya, proses pembuatan satu jam memakan waktu sekitar 10 hari. Dan sampai saat ini, jam yang sudah berhasil diproduksi lebih dari 300 unit. Sebulan, bisa produksi 100 jam tangan.
Jam tangan Woodka terbagi menjadi dua kategori, jam dengan tali kain tenun Kalimantan atau kulit dan jam tangan full kayu. “Dan bila konsumen ingin mengganti tali jam tangan, kami menjual khusus talinya saja dengan harga per satuan,” ujar Athira.
Jam tangan Woodka saat ini hanya dijual online. Namun juga aktif berjualan di acara pameran anak muda. Untuk show room kami sedang mempersiapkannya,” tegas Trianita.
Pemakai jam tangan Woodka, antara lain di mkota-kota Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang. Bahkan sudah terjual sampai ke luar negeri, seperti Denmark, Inggris, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia.
Untuk lebih lengkap infonya bisa memnghubungi website mereka di www.woodkawatch.com Disana terpampang segala info termasuk foto-foto imut berbagai kreasi jam tangan kayu Woodka.
Leave A Comment