Perry Tristianto berharap dengan dibukanya show room Kunci Kenari Djaja di Kebun Kawung Bandung menjadi terobosan tersendiri dalam bisnis kunci. “Kalau perlu bukanya sampai tengah malam, sehingga orang Bandung tengah malam bisa jalan-jalan melihat kunci Kenari Djaja yang mungkin selama ini hanya baru didengar mereka dari berita. Melihat-lihat dulu, baru membeli,” kata Perry.

Hal itu diutarakan oleh Perry dalam Talk Show Gebyar Marketing PRFM, Rabu (26/11) yang mendatangkan tamu Hendra B. Sjarifudin, pendiri dan pemilik Kenari Djaja, yang juga disebut ‘Si Raja Kunci’.

Sejak 1965, Kenari Djaja terkenal sebagai pusat sistem kunci pintu dan jendela modern berkualitas tinggi, serta handle hand-made dari Italia, sound movable partition dan frameless glass movable partition.

Semua produk ekslusif dengan garansi berjangka, salah satu alasan mengapa Kenari Djaja oleh mitra kerjanya karena komitmen untuk selalu menyediakan pelayanan dan produk yang berkualitas.

Semua dimulai dari pembukaan kios kecil di salah satu sudut Pasar Kenari, Salemba, Jakarta pada 27 Februari 1965. Kios ini kemudian disebut Kenari Djaja, nama yang diambil dari lokasi dimana kios didirikan.

Menurut Hendra, berdirinya gerai ini diawali oleh sang kakak, Husin B. Syarifudin, seorang supir oplet (angkutan umum jadul di Jakarta) kepada seorang penumpangnya.

Dari obrolan dengan si penumpang Husin ditawari pekerjaan sebagai pengantar barang di tokonya, Husin menerimanya.

Setelah dua tahun bekerja di toko itu, dengan izin bekas majikannya pada 27 Februari 1965 Husin mendirikan sebuah kios bahan bangunan yang ia beli dari hasil menjual oplet. Kios itu diberi nama Kenari Djaja.

Kios kecil ini memulai perjalanannya dengan menjual bahan bangunan seperti pasir, batu bata, dan bahan bangunan lainnya.

Tahun 1967, Hendra, adik kandung Husin mulai bergabung penuh membantu kakaknya. Ia drop out sekolah, padahal masih kelas 2 SMP.

Suatu ketika, Hendra kedatangan seorang salesman yang menawarwarkan kunci. Harga kunci dari salesman itu mahal untuk zaman itu, yakni Rp 8.500, sementara di pasar Kenari sendiri harga termahal kunci hanya Rp 3.000.

Awalnya tawaran ini ditolak karena harga barang yang tinggi. Namun, tawaran ini kemudian diterima, setelah perusahaan impor menyarankan sistem konsinyasi untuk produk-produk mereka.

Melihat keadaan toko Kenari Djaja yang terlihat kosong barang, si salesman menawarkan Hendra untuk menjual kunci-kuncinya dengan konsinyasi. Tidak hanya itu, dia juga mendanai toko Hendra dengan memasang rak-rak untuk memajang kunci-kuncinya .

Tiap ada kunci yang terjual dan agar uang tak terpakai, Hendra langsung setorkan. Dalam sehari bisa setor tiga kali.

Melihat hal ini akhirnya, si salesman kasihan, dan memberikan waktu dua minggu untuk setor uang, dan uang itu pun bisa dijadikan modal sementara buat Hendra.

“Saya dipercaya karena dinilai dari kejujuran,” kata Hendra.

Hal yang sama juga terjadi ketika Hendra ingin membeli kunci di Singapura. Si pemasok kunci juga menawari Hendra sistem konsinyasi. Semakin lama, Toko Kenari Djaja semakin sebagai penyedia kunci terbaik.

Menurut Hendra kejujuran, komitmen, tulus, bersahabat, dan mau belajar adalah kunci suksesnya yang harus terus ditegakkan. Dan semua prinsip itulah yang membuat usaha yang dirintisnya sukses.

Latar belakang keluarga Hendra dan Husin, ayah mereka awalnya memulung serbuk emas dari got di sekitar toko emas di daerah SawahBesar. Namun akhirnya ayahnya memiliki toko emas.

Hendra tidak menyelesaikan pendidikan SMP-nya (hanya sampai kelas dua) karena ingin membantu usaha kakaknya di Pasar Kenari.