Gitar adalah alat musik yang paling banyak disukai kebanyakan orang dibanding dengan alat musik lainnya. Karena itu marketnya lumayan bagus. Apalagi jika gitar itu tidak hanya bisa dibeli tapi juga bisa dipesan sesuai dengan keinginan konsumen, hal itu merupakan nilai plus tersendiri.
Hal itu diutarakan oleh Perry Tristianto dalam talk show Gebyar Marketing PRFM, Rabu (24/9) yang malam itu mendatangkan nara sumber Muhammad Satria Nugraha, owner pembuat gitar merek Stranough. Ia biasa disapa Hanung.
Hanung adalah pembuat gitar yang pernah terpilih sebagai wirausahawan muda terbaik pada ‘Dji Sam Soe Award 2009’, UKM Mandiri dan majalah SWA atas kreatifitasnya membuat gitar.
Alumni Institut teknologi Nasional (Itenas) jurusan Tehnik Industri itu mengisahkan pertama kali merintis membuat gitar. Mulanya untuk keperluan diri sendiri.
“Saya dari kecil memang suka gitar, bahkan ingin jadi musisi, meski tak kesampaian. Sewaktu saya masih mahasiswa, pengen banget punya gitar artist series, harganya Rp. 19 juta. Sementara waktu minta uang dari ayah, cuma dikasih Rp. 2 juta,” kenang Hanung.
Hanung kemudian banyak melakukan riset lewat internet tentang bermacam spesifikasi gitar. Ia benar-benar ingin memaksimalkan uang yang dimilikinya untuk mendapatkan yang terbaik. Setelah hampir setahun meriset, Hanung akhirnya mendatangi sebuah tempat perajin gitar di Bandung.
“Tempat pengrajin gitar itu sangat sederhana dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional. Lalu saya memaparkan spesifikasi gitar seperti apa yang saya inginkan,” kenang Hanung lagi.
Pada 2003, ia mulai membuat rencana bisnis. Tapoi modal tak ada. Kembali ia membujuk orang tuanya. Akhirnya, orang tuanya memberinya uang Rp 7 juta. Berbekal uang itu, Hanung menyewa sebuah rumah kecil di kawasan jalan Suci, Bandung.
Workshop-nya kecil, lantai atasnya disewakannya lagi untuk kos-kosan. Ia memiliki tiga orang pengrajin. Di masa-masa awal usahanya, ia hanya mendapat pesanan satu gitar per bulan.
Lalu karyanya dipasarkan melalui internet, baik melalui website ataupun komunitas-komunitas musik. Awal 2005, Hanung mendapat e-mail dari calon pembeli dari luar negeri.
Salah seorang pembeli dari Belanda serius. Ia diminta dibuatkan gitar dengan spesifik tertentu. Hanung membuatnya sesuai dengan permintaan dan mengirimkan fotonya. Ternyata mereka suka dan minta dikirimi sampel aslinya ke Belanda.
“Waktu itu saya tak tahu kredibelitas pembeli dari Belanda itu. Bisa saja ia tertipu. Namun saya nekat saja mengirimnya dengan paket kiriman luar negeri. Ngirimnya saja mulanya tak mengerti,” kenangnya lagi.
Namun 40 hari kemudian perusahaan Belanda itu kembali mengirim e-mail. Ia menyatakan sangat senang dengan sampel gitar yang dikirim dan ingin menjajaki kerja sama lebih jauh.
“Ketika ia datang ke pabrik saya, terkejut melihat tempat saya yang kecil,” kata Hanung.
Namun pertemuan ternyata berhasil mencapai kesepakatan akhir. Perusahaan dari Belanda melakukan pemesanan pertama 250 gitar. Itulah order besar pertama yang di peroleh Stranough.
Dari sana namanya meroket, hingga kini.
Leave A Comment