Badan Amil juga memerlukan marketing atau promosi, agar pemberi zakat percaya apa yang telah dilakukan oleh kewajiban pembayar zakat, bahwa lembaga ini benar-benar disalurkan sesuai dengan harapannya. Namun marketing disini bukan untuk mengeruk profit, tapi bagaimana membangun trust kepada para pemberi zakat. Sehingga mereka benar-benar percaya dalam menyalurkan zakatnya.

Demikian Perry Tristianto dan Popy Rufaidah dalam takl show PRFM Gebyar Marketing, Rabu (19/12) yang menghadirkan CEO Rumah Zakat, Nur Afendi. “Bukan promosi untuk mencari keuntungan, tapi menyadarkan kepada masyarakat, khususnya umat Islam, akan kewajiban membayar zakat,” jelas Popy.

Lebih lanjut Perry Tristianto mengatakan, dengan pengambilan nama Rumah Zakat, sebenarnya itu pengambilan brand untuk menarik perhatian masyarakat. Artinya, pengelola jauh – jauh sebelumnya sudah menyadari faktor merketing sangat penting. “Nama Rumah Zakat sangat menarik sebagai brand. Tak kalah dengan Rumah Sosis, Rumah Ubi yang bergerak secara profit,” tutur Perry.

Lebih lanjut Perry mengaku, dirinya sering melihat kesibukan masayarakat yang ingin berzakat di kantor Rumah Zakat di jalan Dago, Bandung. “Mereka mau menyumbang, tapi rela berdesak-desakan, parkir penuh, tak masalah bagi mereka, itu kan luar biasa,” tutur Perry lagi.

Menurut penjelasan Nur Efendi, untuk kebutuhan operasional ditentukan maksimal 12,5% dari dana yang terkumpul. Tapi Rumah Zakat sendiri hanya menggunakan 5,5 % hingga 7 %. “Dana itu untuk kebutuhan operasional, misalnya membayar listrik, telpon, air, perawatan gedung, untuk membayar para amil,” jelas Nur Efendi.

Dari sini Perry melihat dari sisi tenaga kerja. Menurutnya Rumah Zakat dan semacamnya adalah lembaga yang sangat potensial untuk menciptakan tenaga kerja. “Dengan dana ratusan miliar yang terhimpun, bisnis yang saya miliki tak ada apa-apanya. Artinya lembaga ini banyak menciptakan tenaga kerja,” tutur Perry merendah.

Bukan hanya merekrut tenaga kerja, lanjut Perry, tapi juga SDM-nya memiliki jenjang karier yang bagus. Karena cara kerjanya juga tak beda dengan perusahaan profit. “Kalau prestasi, penghasilan naik, apalagi di Rumah Zakat ada beberapa pegawai S2,” tutur Perry lagi.

Kini Rumah Zakat diantaranya memiliki 44 jaringan kantor di seluruh Indonesia, ada di 18 propinsi. Tahun 2013 tergetnya memiliki ambulan sebanyak 200 unit (sekarang memiliki 67 unit jenazah dan orang sakit) yang diperuntukkan oleh orang tak mampu alias gratis. Juga pengobatan gratis untuk warga miskin, disamping menyalurkan zakat itu sendiri.

Kriteria bagi yang hendak meminta bantuan dari Rumah Zakat adalah, mendaftar dulu ke Rumah Zakat, lalu di survei oleh tim kami. Pendaftaran itu bisa untuk pendidikan gratis, atau bea siswa, kesehatan dan lain sebagainya. “Tapi kalau mereka belum mendaftar dan kami belum men-seurvei, tiba-tiba ada yang datang karena mau melahirkan, misalnya, kami wajib menolongnya saat itu juga,” tutur Nur Efendi.