Yang menarik dari bisnis Kopi Luwak Cikole adalah nilai wisata edukasinya, sehingga dari wisata tersebut, tercipta pasar baru. Demikian komentar Perry Tristianto dalam talk show Gebyar Marketing PRFM, Rabu (11/3), yang malam itu mendatangkan nara sumber Drh. Sugeng Pujiono, Owner Kopi Luwak Cikole yang sangat sukses.

“Kalau bicara kopi luwak, mungkin orang yang mendengar biasa saja. Karena kopi luwak sekarang banyak dijual, bahkan dijual dalam bentuk sachet. Namun Kopi luwak Cikole menjadi berbeda, karena pusat olah produksinya menyertakan wisata edukasi, sehingga orang bisa melihat peternakan luwaknya, dimana luwak-luwaknya sehat. Sehingga dari proses orang tertarik,” ujar Perry.

Perry mengaku belum lama ini ia berkunjung ke Tanah Lot – Bali. Kebetulan ada temannya yang memproduksi luwak, dan ia juga memperlihatkan luwaknya kepada pengunjung, tapi sebatas memperlihatkan luwak itu saja, kurang lengkap. “Sehingga orang hanya memotret luwak saja, setelah itu selesai, tak tahu proses kopi luwaknya,” ujar Perry.

Pemilik Kopi Luwak Cikole sendiri, Haji Sugeng Pujiono adalah seorang dokter hewan. Sebelumnya ia mengaku berkeliling ke penjuru Nusantara dan beberapa negara di dunia untuk mempelajari dan mengembangkan penemuannya tentang hewan luwak yang menghasilkan biji kopi fermentasi. Mulanya hanya punya satu luwak, dengan ukuran kandang 2 x 4 m. Namun saat ini, ada ratusan ekor luwak dan mampu menghasilkan ratusan kilogram Green Bean per bulan.

Sugeng juga memilki perkebunan yang berada di Jayagiri, Cikole, ia menanam kopi sendiri dan memelihara hewan luwak yang awalnya hidup liar di area perkebunannya.Ia membangun lokasi penangkaran sekaligus tempat produksi kopi luwak miliknya untuk mewujudkan mimpinya. Saya memang terobsesi menekuni usaha kopi luwak,” tandasnya.

Poduksi kopi luwaknya sudah menembus pasar luar negeri seperti Inggris, Italia, Belanda, Perancis, Canada dan Singapura, bahkan Jepang setiap bulan yang mengimpor 3 kuintal. Sel,ain itu banyak dipesan oleh hotel, café dan resto yang berada di Bandung dan sekitarnya.

“Tapi saya tak mau berlebihan produksi, produksi yang terlampau tinggi malah mengganggu kualitas dan harga jual kopi. Penambahan harus melalui tahap,” ujar Sugeng. .

Kini Kopi Luwak Cikole sudah resmi mendapatkan sertifikat izin keamanan pangan dari Dinas Kesehatan, stempel halal dari Majelis Ulama Indonesia, sertifikat Asosiasi Kopi Luwak Indonesia serta memiliki barcode produk tersendiri.

Sehari-hari Sugeng bersama karyawannya selalu memakai ikat kepala khas Sunda. Ia memberikan pekerjaan sampingan bagi ibu-ibu PKK untuk sortir kopi. Disana letak sukses wisata edukasinya.